SEKOLAH YANG TAK MEMBEBANI


Hampir seluruh sekolah yang ada di Republik ini mengejar prestasi akademik agar menjadi tujuan tempat belajar generasi penerus. Apalagi sekolah swasta, mereka harus benar-benar unjuk gigi dalam bidang ini untuk menarik siswa sebanyak mungkin. Pada saat pertama kali saya diberikan kepercayaan untuk memimpin Sekolah SMP/SMA Highfield Cirebon, hal ini pula yang ada dalam pikiran saya. Siswa-siswa Highfield harus meraih prestasi akademis setinggi mungkin. Akan tetapi setelah saya mengenal para siswa, saya harus melupakan ambisi tersebut. Bukannya karena tidak mampu tapi karena menghargai keberagaman kemampuan dan bakat siswa.

Mengenali minat dan bakat siswa adalah hal pertama yang harus saya dalami. Hanya butuh waktu dua bulan saya bisa mengenal mereka satu persatu. Saya harus mengetahui tujuan hidup mereka. Saya harus memahami latar belakang mereka. Secara akademis hanya beberapa siswa yang sangat baik. Tapi ada sesuatu yang luar biasa tersimpan di dalam diri mereka dan ini belum tergali dengan baik. Pandangan mata mereka menunjukkan harapan. Harapan yang harus dipenuhi oleh guru dan kepala sekolah Highfield. Mereka menunjukkan bahwa mereka berbeda satu dengan yang lainnya. Jangan samakan ratakan kami.

Akhirnya kami memahami sedikit demi sedikit apa yang mereka inginkan. Bagi mereka yang suka musik, kami fasilitasi dengan adanya H-Band dan paduan suara. Bagi yang suka berdebat, kami fasilitasi dengan grup debat. Bagi yang suka melukis kami siapkan dinding di lorong sekolah untuk di lukis. Bagi yang suka prestasi dalam bidang akademis, kami bentuk Klub Sains (Science Club) Bagi yang suka memimpin, ada OSIS (Student Council) dan banyak lagi yang lainnya yang kami bentuk dadakan berdasarkan kebutuhan siswa saat itu. Bahasa Inggris? Sudah menjadi alat komunikasi kami sehari hari jadi bagi yang suka lomba pidato Bahasa Inggris tinggal memperdalam saja. Sekolah kami beberapa kali mendapatkan juara satu untuk lomba ini.

Guru-guru dan Siswa-siswi Highfield Cirebon sangat dinamis. Proses KBM tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas. Kami pergi ke sungai, ke kampung nelayan, ke pegunungan, ke acara festifal maulid, ke sekolah lain, ke kampung-kampung dekat sekolah kami dan ke pasar. Untuk pelajaran Business Studies, kami berjualan. Siswa dan guru patungan untuk buka usaha. Kami mengunjungi bank dan belajar langsung dari pegawai bank. Kami mengunjungi perusahaan baru untung belajar bagai mana cara memulai usaha tersebut. kami mengunjungi perusahaan besar untuk belajar bagaimana menjalankan dan mengelola perusahaan besar. Mereka harus belajar dari orang-orang yang memang mumpuni di bidangnya. Para siswa, guru dan pengusaha sangat senang. Ya, senang itu kata kuncinya. Apabila perasaan mereka senang, mereka akan dengan mudah mempelajari semuanya dan pelajaran akan mudah diserap dan dipahami.

Saya tidak bisa mengatakan motivasi siswa kami rendah karena mereka jarang sekali mangkir dari pelajaran di sekolah. Mereka pendengar yang baik pada saat guru mengajar. Mereka mengerjakan tugas dengan baik. Mereka hanya perlu bimbingan yang sabar dalam menyelesaikan tugas mereka. Mereka hanya perlu latihan yang rutin agar bisa menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjabaran yang panjang dan terperinci karena mereka terbiasa menjawab pertanyaan dengan singkat, baik itu verbal maupun tulisan. Ini lah yang kami fokuskan. kami membimbing mereka untuk menjawaban pertanyaan dengan lengkap untuk pertanyaan esei. Awalnya cukup berat untuk guru dan siswa. Tapi kami bisa melalui itu. Motivasi mereka pun meningkat setahap demi setahap.

Kita harus menyadari bahwa beban terberat dari siswa adalah pada saat mereka selesai belajar dari sekolah dan harus mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah lagi. Tidak cukupkah mereka belajar dari jam 7:00 sampai jam 15:00 bahkan ada yang sampai jam 16:00 di sekolah. Belum lagi perjalanan yang melelahkan dari sekolah ke rumah. Paling cepat mereka tiba di rumah dalam waktu 30 menit. Mereka butuh istirahat. Mereka butuh hiburan. Mereka butuh hal lain selain pelajaran di sekolah. Jangan batasi otak mereka dengan ruang kelas. Berikan mereka waktu untuk mengeksplor dunia nyata. Dunia yang harus mereka hadapi setelah mereka menyelesaikan pendidikan.

Saya sangat bersyukur sekali, Bu Diana Sutjito sebagai direktur sangat mendukung sekali dengan apa yang kami lakukan untuk para siswa. Beliau menyadari sepenuhnya kondisi dan keaadaan siswa-siswi kami. Yayasan membelikan perlengkapan Band yang sederhana untuk memfasilitasi siswa-siswi yang suka musik. Yayasan juga mendukung segala mancam bentuk lomba yang siswa ikuti tanpa memberikan target harus juara. Kami masih harus membangun kepercayaan diri siswa-siswi kami terlebih dahulu. Yang lebih unik lagi, kami dan para siswa diizinkan untuk melukis diding lorong sekolah kami untuk berekspresi. Tema lukisan dinding kami ganti setiap tahun ajaran baru. Para siswa sangat menikmati ini.
Ditambah lagi dengan dukungan orang tua yang sangat menyadari dan memahami kemampuan anak mereka. Jadilah gabungan dukungan ke dua pihak ini memacu semangat kerja kami sebagai guru untuk bekerja lebih baik. Kami bekerja tanpa beban. Yayasan tidak mentargetkan siswa kita harus mencapai ini dan itu. Begitu pula dengan orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah tanpa memberikan target yang muluk-muluk. ‘Didik lah anak saya semampu guru-guru di Highfield,’ merupakan kalimat yang sangat memotivasi kami.

Guru-guru di SMP Highfield Cirebon boleh dibilang guru yang baru lulus dan belum memiliki pengalam mengajar yang banyak. Mereka masih muda-muda dan sangat idealis. Keadaan ini ternyata menjadi nilai tambah dan menguntungkan untuk sekolah karena tautan umur atara guru dan siswa yang tidak terlalu jauh menjadikan ikatan emosional diantara mereka sangat baik dan dekat.  Seringkali para siswa mencurahkan isi hatinya kepada guru tertentu tentang masalah kehidupan mereka. Ini tentunya sangat membantu guru dalam memahami siswa tersebut. Mereka juga pergi ke bioskop bersama-sama untuk menonton film tertentu. Begitu pula dengan tenaga kependidikan, mereka sangat dekat dan memahami para siswa dan orang tua. Hubungan kami yang sangat harmonis dapat bertahan lama karena pihak yayasan tidak pernah menyerahkan masalah tagihan keuangan kepada tenaga pendidik dan kependidikan. Untuk masalah satu itu tetap dipegang bagian keuangan. Kesalah pahaman bisa terjadi karena guru menagih masalah bayaran ke orang tua siswa dan ini akan merusak hubungan baik yang sudah terjalin.

Tapi apakah karena kami tidak mengejar akademis kami gagal dalam hal akademis? Ternyata tidak. Pada saat UN pertama kami tahun ajaran 2019 - 2020 di kota Cirebon, kami menempati urutan ke enam sekota Cirebon. Ini merupakan suatu pencapaian untuk pendatang baru. Ya, anak didik kami bisa mencapai itu. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah bekerja keras. Tidak membebani bukan berarti tidak tegas dan tidak disiplin. Tidak membebani bukan berarti tidak belajar. Tidak membebani bukan berarti tidak bertanggung jawab. Tidak membebani berarti memberikan alasan kepada siswa untuk menikmati setiap pelajaran, untuk merasa bahagia terlebih dahulu sebelum belajar. Karena tujuan belajar adalah supaya mereka bisa bahagia.

Banyak orang mengatakan bahwa keberhasilan itu bisa dicapai kalau kita berhasil secara akademis di sekolah. Itu berarti mereka buta. Mereka tidak benar-benar melihat dalam kehidupan nyata ini. Banyak orang tak pandai di sekolah tapi berhasil dalam kehidupan. Banyak orang yang tak pernah dapat ranking tapi lebih berhasil dibandingkan mereka yang mendapatkan ranking. Ingat belajar terjadi bukan hanya di dalam kelas. Tetapi juga di luar kelas. Pada saat mereka bermain, jalan-jalan, ngobrol-ngobrol dengan teman dan semua kegiatan yang mereka lakukan di luar jam pelajaran sekolah. Bahkan pada saat mereka bermusuhan dengan teman sebaya juga merupakan bagian dari proses pembelajran itu sendiri. Itulah pelajaran yang sesungguhnya. Itulah yang akan membawa mereka ke pintu gerbang kesuksesan.

Terima kasih anak-anak ku di SMP/SMA Highfield Cirebon yang telah berjuang keras untuk meraih sukses. Para guru dan tenaga admin yang telah bekerja bersama saya untuk membangun SMP/SMA Highfield kata terima kasih tidak akan pernah cukup untuk kalian. Terima kasih para orang tua yang sudah sangat mendukung kegiatan kami. Yang kami hormati Ibu Diana yang telah memberikan saya kesempatan untuk memimpin SMP/SMA Highfield selama tiga tahun yang merupak tahun terbaik saya dalam dunia pendidikan. Terima kasih say juga tidak akan cukup untuk Ibu. Terima kasih kator Dinas Pendidikan kota Cirebon. Terima kasi Pak Sugi dan Pak Tusman yang telah membimbing saya dalam masalah kedinasan. Terima kasih Pak Wawan dari KCD kota Cirebon. Terima kasih Ms. Intan dan teman-teman di Kinderfield. Terima kasih Cirebon.


Mr. sai

Komentar

  1. "Banyak orang yang tidak dapat ranking tapi lebih berhasil daripada yang dapat ranking". Very well said Pak Sai karena hal tersebut sangat mengena untuk saya. Memang prestasi akademik penting namun potensi dan minat anak bisa jauh lebih beragam. Saat ini sangat penting mengajarkan anak untuk menjadi the best version of themselves dan tidak perlu membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain karena setiap individu unik dengan minat, bakat dan journey tersendiri. Let's encourage them to make difference!

    Sukses selalu pak!

    BalasHapus
  2. Sangat setuju.terimakasih atas pencerahannya

    BalasHapus
  3. Suatu pencapaian adalah hasil dari kerja keras, setuju

    BalasHapus
  4. Uraian sekaligus kisah yang sangat menginspirasi, dan insyaAllah memberikan banyak manfaat terhadap pandangan kita dalam mendidik dan pendidikan. Semangat dan sukses selalu Mr. Sai. Terimakasih

    BalasHapus
  5. Inspiring banget, memang merubah paradigma itu tidak mudah. Pada umumnya kita masih fokus pada prestadi akademik sementara potensi dan minat fi nomor duakan. Good jo Pak

    BalasHapus
  6. Keep inspiring Mr Sai..
    Keep writing bro📝

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNTUK MU SISWA SISWI KU

Sosialisasi Kurikulum

MENULIS UNTUK KEPENTINGAN MENULIS ITU SENDIRI