Sosialisasi Kurikulum
17 Januari 2022
Sosialisasi ini dikuti oleh 1000 peserta dibuka oleh Kepala Dinas Pendiddikan dan Kebudayaan provinsi Banten Bapak Dr H. Tabrani, M.Pd dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh dua narasumber yaitu:
1.
Kepala Pusat Kurikulum: Zulfikri Anas dan
2.
LPMP Banten Bapak Iwan
Yang harus kita ingat sebagai pengajar adalah ruang kerja
kita tidak terbatas hanya di ruang kelas saja tapi juga alam pikiran: karsa cipta,
rasa, emosi dan raga siswa-siswi kita. Kita masih dapat mengajar banyak hal di
luar ruang kelas kita.
Tujuan Pendidikan Nasional
tentunya sama untuk setiap daerah akan tetapi kita harus ingat bahwa komposisi
dan kopentensi siswa-siswi di setiap daerah berbeda-beda. Kurikulum Nasional
harus menyediakan cara dan jalan yang berbeda-beda pula agar masing-masing
siswa di daerah yang berbeda bisa mencapai tujuan tersebut.
Sebagai contoh siswa-siswi yang
berada di daerah Sumatera Utara harus belajar tentang perekonomian yang berada
di daerah Malang yang jaraknya sangat jauh dan tidak terlihat oleh siswa-siswi
di Sumatera Utara. Ini terjadi karena guru hanya mengikuti apa yang ada dalam
buku panduan saja. Hal ini tentunya mempengaruhi kemampuan literasi dan
numerasi para siswa.
Anak-anak hadir di kelas kita
tentunya dengan segala macam perbedaan dan kecerdasan yang mereka miliki dan apabila
sekolah bisa memfasilitasi ini dan menempatkan siswa diruangnya masing-masing
maka akan terjadi keharmonisan. Selama ini kita hanya mengatakan bahwa siswa
yang pintar adalah siswa yang berada di rangkin 1 sampai dengan ranking 10,
bagaimana dengan yang lain apakah mereka tidak pintar?
Selama ini guru-guru focus dengan
membuat RPP yang bagus dan ideal tapi bagaimana dengan penerapannya. Apakah
setelah RPP selesai dibuat tugas kita sudah selesai? Lalu bagaimana tugas kita
sebagai guru yang harus menyelesaikan 20 KD dalam waktu 18 minggu akan
terkejarkah? Apabila terkejar, apakah siswa-siswi kita paham? Paham tidak paham
akhirnya kita lanjut ke KD berikutnya. Ya, sebagian besar dari kita mengajar hanya
untuk menyelesaikan KD-KD tersebut. Maka terjadilah apa yang dikenal dengan
Learning Loss. Selama satu tahu Pandemi learning Loss yang terjadi kepada
siswa-siswi adalah:
1.
Litersai : 6 bulan belajar
2.
Numerasi: 5 bulan belajar
Keadaan ini harus diperbaiki dan
perbaikan ini lah yang disebut dengan PEMULIHAN PEMBELAJARAN dengan
mengembangkan Kurikulum Prototipe di mana materi-materi yang ada dipilih dan
KD-KD diatur untuk kebutuhan siswa. KD-KD tujuan pembelajaran atau capaian
pembelajaran tidak lagi disusun per tahun akan tetapi per dua tahun kecuali
untuk kelas 10 karena kelas awal. Begitu pula dengan alokasi waktu, tidak lagi
perminggu dan 20% - 30% dari waktu belajar dialokasikan untuk projek. Projek
pun merupakan integrasi dari semua mata pelajaran. Dan ini yang membuat projek
masuk kedalam struktur kurikulum.
Jadi ada cukup ruang yang diberikan oleh Dinas:
1.
Materi dikurangi
2.
Admi disederhanakan
3.
Penilaian Hak Satuan pendidikan
Pada saat yang sama Pak Anas juga
menekankan bahwa Peserta didik bukanlah kurikulum dan apabila terjadi benturan
maka kurikulumlah yang harus menyesuaikan.
Pada prakteknya pemerintah tidak
bisa serta merta menerapkan Kurikulum PROTOTIPE untuk semua unit pendidikan
diseluruh Indonesia. Untuk saat ini sekolah masih memiliki pilihan-pilihan
yaitu:
1.
Kurikulum 2013
2.
Kurikulum Darurat (kurikulum 2013 yang
disederhanakan)
3.
Penyederhanaan kurikulum secara Mandiri.
Untuk melakukan pemulihan
pembelajaran selama 2022 – 2024 pemerintah memberikan satu opsi tambahan yaitu:
4.
Kurikulum prototype
Jadi kita bis lihat di sini kalau
Kurikulum Prototipe masih merupakan kurikulum Optional bagi semua satuan pendidikan.
Sekolah tidak harus mengimplementasikannya saat ini juga karena harus melalui
tahapan-tahapan:
1.
Memahami
Kepala sekolah dan guru harus memahami terlebih dahulu kurikulum prototype.
2.
Memutuskan
Kepala sekolah menentukan pilihan implementasi Kurikulum prototipe
3.
Menyiapkan
Kepala sekolah dan guru melakukan persiapan mengikuti rute
belajar sesuai pilihan: Pelatihan Mandiri, Sumber belajar, narasumber prototype
dan komunikasi belajar
Kurikulum Prototype mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas
dan pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Kurikulum prototype memiliki
beberapa karakteristik yang mendukung pemulihan pembelajaran:
1.
Pembelajaran berbasis project untuk pengembangan
soft skills dan karakter (iman, takwa, dan akhlak mulia, gotong royong,
kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, kreativitas)
2.
Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu
cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
3.
Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dam
melakukanpenyesuaian dengan konteks dan muatan local.
Kurikulum prototype melanjutkan
arah pengembangan kurikulum sebelumnya:
1.
Orientasi holistic: kurikulum dirancang untuk
mengembangkan murid secara holistic, mencakup kecakapan akademis dan
non-akademis, kompetensi kognitif, social, emosional dan spiritual.
2.
Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang
berdasarkan kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau
materi tertentu.
3.
Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum
dirancang sesuai konteks (Budaya, misi sekolah, lingkungan local) dan kebutuhan
murid.
Kurikulum Prototipe :Opsi penerapan
1.
Dimulai dengan Pelatihan penerapan dan
pengembangan pada saat yang bersamaan
2.
Pelatihan dan penerapan di tahun yang sama tapi
belum melakukan pengembangan.
3.
Dituntaskan pelatihan di tahun pertama. Diimplementasikan
di tahun ke 2.
Ada empat Tahapan Pengembangan
1.
Sekolah mengikuti secara penuh
2.
Sekolah melakukan Modifikasi disesuaikan dengan
infrastrutur sekolah dan kondisi siswa.
3.
Pengembangan melibatkan waraga sekolah (Muatan
Lokal)
4.
Pengembangan yang lebih luas (melibatkan dunia
usaha dll)
Dukungan kementrian
1.
Menyediakan bahan ajar (diakses di laman
kementrian)
2.
Menyediakan pelatihan mandiri (Video dll)
3.
Menyediakan Nara sumber
4.
Memfasilitasi untuk belajar guru-guru
Pengembangan Karakter
Sebagaimana kita ketahui bahwa
kurikulum 2013 menekankan pada pengembangan karakter, namun belum memberi porsi
khusus dalam struktur kurikulum. Dalam struktur kurikulum prototype ini 20%
sampai 30% jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter profil Pelajar
Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran berbasis projek
ini penting karena para siswa harus berkolaborasi dan dari kolaborasi ini
diharapkan akan terbentuk karakter siswa. Jadi projek based ini:
1.
Memberi kesempatan untuk belajar melalui
pengalaman (experiential learning)
2.
Mengintegrasikan kompetensi esensial yang
dipelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu
3.
Struktur belajar yang fleksibel.
Sebagai catatan penting bahwa yang perlu ditekankan pada
penerapan projek ini adalah bahwa projek ini bukan berorientasi HASIL akan
tetapi berorientasi PROSES.
Komentar
Posting Komentar